Minggu, 15 April 2012

Nama dulu, ngisi dudi.

Membaca judul itu barangkali orang masih bisa ngerti bahwa ngisi adalah singkatan dari kata kerja mengisi. Tapi kata dudi, mungkin cuma orang Bangka atau yang pernah tinggal lama di Bangka yang mengerti artinya.
Sudah diperiksa di Kamus Terbaru Bahasa Indonesia terbitan Reality Publisher (tanpa tahun) kata dudi  memang tidak terdapat. Diperiksa lagi di Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh WJS Poerwadarminta edisi ketiga Balai Pustaka 2006 juga tidak terdapat kata dudi itu. Jadi jelas kata dudi itu milik orang Bangka dan menjadi bahasa daerah Bangka (di Belitung juga masih dimengerti), maka pantas juga disebut bahasa daerah propinsi Bangka Belitung. Mengapa jadi tidak dikenal? Jawabnya adalah karena orang Bangka sendiri tidak mau menggunakan atau mengenalkan istilah/ungkapan itu. Yaitu, oleh mereka yang bisa menulis/penulis seperti wartawan di suratkabar/majalah/makalah/referensi, atau pejabat atas maupun bawah dalam berbicara. Mengapa tidak mau dipakai? Jawabnya adalah: orang tidak mengerti. Padahal Ir.Soekarno sendiri sering menggunakan istilah dari daerah yang tadinya tidak dikenal menjadi dipahami. Bahkan beliau mentransfer dari bahasa Belanda seakan-akan sudah jadi bahasa Indonesia, misalnya pelopor asalnya voorloper (voor=didepan, loper=pejalan). Lalu mengapa kata dudi ditinggalkan? Gak ngerti? Gampang.
Bukan dudi berarti gampang, tapi dudi artinya nanti/nanti saja/nanti berikutnya/nanti setelah itu/urutan berikutnya/urutan setelah itu/belakangan/lain kali.
Maka ada pantun jenaka dari daerah Bangka yang bunyinya kira-kira seperti ini:
                     kita bersumpah sehidup semati
                     ka mati dulu'  ku mati dudi.
Ka singkatan dari kamu. Di Bangka dalam bertutur bicara sering terjadi penyingkatan, misalnya telah menjadi lah, belum menjadi lum Tapi kalau kata kuda misalnya tetap diucapkan penuh kuda. Jadi kalimat: Dia menunggang kuda, tidak diucapkan: Dia menunggang ku.
Mudah-mudahan arti kata dudi sudah dimengerti. Memang asalnya berkeinginan mempunyai blog ini dulu. Soal kapan sempat mengisinya atau mau diisi apa, itu soal nanti, soal next, atau soal dudi kata orang Bangka.