Selasa, 31 Desember 2013

Memasuki tahun baru 2014; solar-year, lunar-year, kongnyan.

Tidak ditunggu-tunggu tahu-tahu tahun 2013 sudah habis lalu segera menjadi tahun 2014. Mudah-mudahan kita sama-sama selamat memasuki tahun baru ini, mau tidak mau setiap orang akan ikut masuk ke tahun baru itu. Matahari yang terbit pada tahun baru ini adalah matahari yang kemarin-kemarin juga, belum ada pergantian, kecuali siklus dan perhitungannya saja yang berbeda, yang mungkin menjadi tahun kelahiran bagi seseorang atau menjadi tahun kematian bagi yang lainnya, atau mungkin jadi tahun kebangkrutan bagi satu pihak tapi tahun keberuntungan bagi pihak lain. Yang jelas harapan dan optimisme perlu menjadi bekal. Bekal bagaimana mendapatkan hari esok yang lebih baik daripada hari ini.
Tahun baru itu apanya yang baru? 
Tahun baru yang dimaksud adalah tahun baru Masehi, yang dominan dengan indentitas keagamaan Kristen, sehingga ikut tahun baru dinilai ikut Kristen secara religius ikut merayakannya dengan segala kepercayaannya.
Pergantian tahun Masehi ini berdasarkan perhtungan yang disebut tahun-matahari atau solar-year, atau dalam bahasa Arab disebut "tahun-syamsiah', yaitu masa bumi mengelilingi matahari dari suatu titik kembali lagi ketitik itu dalam waktu yang disebut satu tahun (matahari). Dalam hal ini ternyata belum persis tiba kembali ke titik itu, tapi kurang seperempat hari lagi baru pas. Apabila sampai empat tahun berurutan beredar maka tertinggalnya akan menjadi sejarak satu hari. Oleh karena itu supaya perhitungannya tepat dimulai dari titik asalnya, maka ditambahlah satu hari dalam bulan Februari menjadi 29 hari. Tahun itu disebut tahun kabisat, dengan pengenalnya angka jumlah tahunnya dapat dibagi 4. Ini adalah koreksi atau pembetulan hitungan penanggalan/kalender.
Jadi, andaikata bisa membayangkan bentuk garis edar bumi mengelilingi matahari, maka apabila diambil salah satu titik di garis edar itu, lalu terus beredar sampai kembali lagi ketitik itu, maka disebutlah telah berjalan waktu selama satu tahun. Gerak edar berikutnya dikatakan tahun baru (yaitu perhitungannya) bagi yang menetapkan bahwa disitulah awal atau start hitungan tahunnya; setiap agama/kepercayaan punya tahun baru masing-masing, dengan catatan dalam hal ini bila menggunakan solar-year. .
Tahun baru Masehi yang dipakai diseluruh dunia pada umumnya termasuk Indonesia adalah tanggal 1 Januari (anak kecil juga tau). Tetapi bagaimana menentukannya? Apakah diambil sekian hari setelah kelahiran Jesus?
Menurut Hj.Irena Handono, seorang mantan biarawati yang belajar dari kecil spesialis ilmu Kristen mengatakan, bahwa tanggal 25 Desember adalah hari lahir dewa matahari orang Romawi zaman dulu. Pada penunjukan oleh yang lain disebutkan: 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus (nabi Isa a.s.).
Yang paling tepat adalah bila dihitung ketika kedudukan bumi pada suatu titik di garis edarnya menghasilkan kulminasi matahari di sepanjang equator atau pada nol derajat lintang utara/selatani yaitu pada saat itu adalah tanggal 20-21 Juni, yang setiap tahun atau tahun depan akan ditemui kembali kondisi yang sama. Kedudukan lain tentu dapat dipakai. Lalu untuk mencari tanggal 1 Januarinya? Ya dihitung saja mundur atau maju, Juli-Agustus-September dan seterusnya tentu sesudah 31 Desember adalah 1 Januari.. Ini disebut tahun Masehi (Almasih, Isa Almasih), makanya latah ke hari lahir Yesus itu.
Keistimewaan tahun syamsiah ini adalah bahwa kejadian alam seperti kulminasi matahari di atas equator yang menghasilkan equinox di dunia itu akan terjadi berulang-ulang pada tanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya. Maka cocoklah disebut berulangtahun. Oleh karena itu tahun syamsiah ada juga yang menyebutnya tahun-milad  (milad=ulangtahun, Arab).
Berbeda dengan perhitungan tahun-komariah (yang dipakai Islam dengan nama tahun Hijriah) atau tahun-bulan atau lunar-year, yaitu masa terbit/terlihatnya bulan sampai bulan gelap/tak-terlihat di bumi dalam waktu 29-30 hari disebut satu bulan. Lalu apabila telah berjumlah duabelas kali pergantian bulan disebut satu tahun. Bumi itu tentu bumi yang mengelilingi matahari dengan  tahun syamsiahnya juga, yang tertinggal seperempat hari untuk sampai ke tempat startnya. Pada tahun komariah bumi tertinggal 9-10 hari untuk sampai ke titik startnya, padahal sudah terjadi pergantian bulan sebanyak duabelas kali atau satu tahun komariah. Jadi, tahun komariah lebih pendek daripada tahun syamsiah 9-10 hari dalam setahun. Tidak ada koreksi atas ketinggalan itu, dan hitungan berjalan terus, tidak ada milad tidak ada ulang tahun.  
Keunikan tahun komariah ini, terlihat pada misalnya waktu untuk berpuasa. Coba andaikata puasa itu ditetapkan pada bulan Juni yaitu musim panas bagi bumi belahan utara, maka tahun depan dan seterusnya akan berpuasa terus dalam musim panas. Tetapi karena dalam setahun pergantian bulan lebih cepat 9-10 hari, maka puasa yang dimulai tadinya diakhir Juni (umpamanya) akan bergeser ke pertengahan lalu ke awal Juni dan seterusnya turun ke bulan Mei, dan seterusnya lagi pada tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian setiap orang yang tinggal di muka bumi ini akan merasakan puasa secara adil pada musim yang berbeda.
Bagi yang usil mungkin bertanya, bagaimana bagi mereka yang tinggal atau berwisata di 66 1/2 derajat lintang selatan/utara atau lebih atau di daerah kutup yang mataharinya terbit selama 6 bulan terus menerus kemudian terbenam selama 6 bulan terus menerus pula? Karena di daerah itu tidak ada manusia yang tinggal (kecuali orang Eskimo?) maka pembahasan ditunda saja dulu.

                                                                                                                                                                 
                             MATAHARI  TERBENAM. Dimana? Di persinggahan antara Mekah dan Madinah.
                                      Apabila matahai terbenam, than the new moslem day begins tulis Americana
                                      Ensyclopedea. Memang begitulah cara perhitungan hari di tahun-qomariah,
                                      bukan pada jam 12 tengah malam. Tapi ada orang Indonesia sudah S2 sudah
                                      haji pula masih ngotot hari berganti pada jam 12 tengah malam, kalah dengan
                                      redaksi Americana Encyclopedae yang mungkin bukan seorang muslim.

Orang Tionghoa atau Cina mempunyai tahun baru tersendiri, kalau di Bangka disebut Kongnyan atau nama lainnya Tahun Baru Imlek. Mereka menggabungkan tahunsyamsiah dan tahunkomariah. Maksudnya satu tahun mereka adalah satu tahunsyamsiah, tetapi bulannya menggunakan bulan pada tahunkomariah (29-30 hari per bulan), maka akan terdapat selisih 9-10 hari pertahun.  Tetapi mereka mempunyai cara tersendiri untuk koreksi selisih itu, sehingga start perhitungan tahun baru kembali pada titik semula yang benar, menurut keyakinan mereka. Setelah 3 tahun akan tertinggal 3x10= 30 hari= 1 bulan, maka problem berikutnya bagaimana menyisipkan ketinggalan itu.

  Lilin, digunakan sebagai sumber cahaya apabila tidak ada lagi sumber cahaya lain.yang tersedia.
Dalam ilmu fisika dibahas mana pembakaran sempurna mana pembakaran tidak sempurna, dan bagian-bagian lainnya dari sebuah nyala pembakaran, tapi yang gampangnya menyebut; ini gambar lilin.
Dalam menghadapi tahun baru, terkadang  gambar lilin dijadikan sebagai lambang tanggal satu bulan satu pada penggantian tahun. Lilin juga dijadikan lambang pada kegiatan gereja.